Cobaan yang tak ringan tengah menimpa Asri dan suami. Katarak yang umumnya mendera para lansia, justru diderita sang anak yang baru 5 bulan. Kok bisa?
Setelah keluar-masuk rumah sakit untuk menjalani operasi pengangkatan katarak pada kedua matanya, anak kedua Asri Welas, Rayyan Gibran Ridharaharja atau Ibran, sudah dibolehkan pulang, Jumat, 15 September 2017 lalu.
Asri dan suami tentunya lega. Tapi, sudah kelar kah urusan kesehatan sang buah hati mereka itu?
Belum. Asri sedang menunggu hasil tes metabolik yang dikirim ke Malaysia, untuk mencari tahu penyebab katarak pada kedua mata anaknya.
"Recovey-nya kalo kemarin itu, enggak ada hubungannya sama katarak. Kenapa Ibran darah rendah, itu karena kekebalan tubuh dia menurun akibat bolak-balik selama dua bulan di rumah sakit," ujar Asri.
Ragu Katarak
Asri mengaku pertama kali mengetahui Ibran terkena katarak saat anak pertamanya, Ibam, menepuk tangan di depan mata adiknya yang sedang tiduran. namun Ibran tak berkedip.
"Padahal saya dan suami berkedip. Itu kan refleks sebenarnya. Dari situ (diketahui) ada sesuatu di matanya," ungkap Asri.
Asri dan Galih, sang suami melihat ada bintik putih di kedua mata Ibran. "Mereka langsung membawa sang buah hati ke dokter spesialis mata.
Namun - seperti disampaikan Galih - indikasi awalnya Ibran berjalan normal. Seperti bubbling, melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar, dan ketika dipanggil menengok. Namun, mulai usia 2 bulan, bila Ibran melihat sesuatu menjadi tidak fokus, ditandai dengan matanya yang goyang-goyang terus menerus.
"Waktu itu masih ragu, katarak atau bukan ? Karena Ibran masih ngikutin cahaya. Akhirnya kita periksa ke dokter."
Faktor Keturunan
Begitu Ibran sudah pulang ke rumah, Asri dan suami malah makin sibuk merawatnya ekstra. Apalagi, kebutuhan asupan makanan dan minuman Ibran masih dibantu menggunakan selang.
"Ada yang oral, ada yang dari selang selama dia masih belajar untuk menghisap cepat, karena kemarin sempat delay menunggu sariawannya mengering. Kalau sariawannya sudah sembuh, bisa lewat dot lagi," jelas peman film, Cek Toko Sebelah itu.
Lantas, Ibran pun harus menggunakan kaca mata plus 16 untuk mengganti lensa kedua matanya yang diambil setelah operasi. Maka, Ibran harus selalu diawasi agar tak memegang matanya.
"Kalau tangannya megang mata harus dijagain. Yang memakaikan pertama kali eyang-nya. Dari gerak jadi freeze," kenang Asri.
Selama proses pemulihan, kacamata harus selalu dipakai. Jika tidur dan mandi dilepas sebentar saja. Bahan kacamata yang digunakan Ibran lembut dan berbingkai karet seperti kacamata renang.
Kemudian, kamar Ibran juga harus terang. Supaya retinanya dapat beradaptasi.
"Dulu urat-urat di matanya belum kelihatan sama sekali, sekarang setelah pakai kacamata selama 3 hari, muncul urat-urat di matanya. Artinya, retinanya mulai menerima, mulai berkembang baik," cerita Asri.
Lalu bagaimana dengan pekerjaan Asri?
Syukurlah tetap berjalan. Toh ia kadung terikat kontrak. Ia tetap syuting sinetron, dan Oktober mendatang bakal ke Sumba.
"Nah untungnya, (syuting) sinetronnya dekat dari rumah. Rumah saya di Cibubur, tempat sinetronnya sejengkal," ujar Asri.
Selain punya dokter kepercayaan, demi mengurus anak, Asri dibantu Ibu Nurhayati, neneknya Ibam dan Ibran.
Tapi, kenapa si kecil yang baru 5 bulan itu bisa terkena katarak?
Asri belum bisa menjawab. Karena hasil pemeriksaan metabolik Ibran yang dikirim ke Malaysia, belum datang hasilnya. Jika pun lantaran faktor genetis atau keturunan, Asri dan Galih juga tak tahu. Karena keduanya belum memeriksakan diri masing-masing.
"Tetapi selama yang saya tahu di keluarga saya, enggak ada bayi yang punya katarak, tapi enggak tahu dulu jaman-jaman sebelumnya," kata Galih.
Daripada menebak-nebak, kenapa kalian berdua tak segera periksa saja sih? @Cecilia Ardisty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar