Pertanyaan Nuni Yulius (nuni-nay@yahoo.com): Dokter Tan, saya (32) hamil 8 minggu. Putri pertama berusia 2,8 tahun. Dia lincah, sehat dan jarang sakit. Dia dapat ASI 8 bulan, diteruskan soya sampai usia 1,5 tahun karena alergi.
Di kehamilan kedua ini sangat bermasalah dari segi makanan. Saya menolak banyak makanan, nasi, roti, sayur, daging, tempe, ikan. Cuma susu dan cairan yang masuk tanpa terpaksa.
Saya tersiksa karena tidak bisa membaui bawang, seledri, kol dan beberapa sayuran lain. Melihat daging semur langsung muntah. Sesekali makan sayur mentah, atau masak setengah matang, nyaris tanpa bumbu.
Kalaupun bisa makan sayur mentah jenisnya terbatas (kacang panjang, tauge, timun, terung, lettuce) dan hanya dengan garam, nasi sangat sedikit.
Saya sama sekali menolak ikan, daging, ayam. Pernah saya coba, saya muntah hingga masuk RS karena dehidrasi. Rasanya gerak saya terbatas.
Dokter Tan bisa kasih saran, kiranya makanan apa aja yang baik untuk kehamilan saya ini? Saya takut janin saya kekurangan gizi. Terima kasih Dokter.
Jawaban Dr Tan Shot Yen, M.Hum: Jeng Nuni, saya mohon maaf karena baru sekarang pertanyaan Anda mendapat giliran tayang. mudah-mudahan kehamilan Anda jauh membaik, menjelang trimester kedua.
Seraya mengetik jawaban ini, saya sungguh-sungguh tersenyum karena Anda tidak sendirian, kehamilan saya pun memasuki usia minggu ke 9-10. Heboh ha..ha..ha. Kabar baiknya, saya jadi benar-benar menghayati dan merasakan yang saya tulis sebagai 'saran' sekaligus pengalaman nyata.
Mulai pada kehamilan muda disebabkan peningkatan hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) yang diproduksi jaringan kehamilan yang memperbanyak diri membuat plasenta yang sehat.
Kabar baiknya, hCG yang cukup kuat mengibaratkan pertumbuhan jaringan kehamilan yang berkembang baik. Sebagai catatan, hCG bukan tanda pasti kehamilan (tanda pasti tentunya dengan bantuan alat seperti USG untuk melihat janin secara langsung), karena hCG pun diproduksi besar-besaran oleh kelainan kandungan yang disebut Choriocarcinoma, suatu keganasan yang gejalanya sangat mirip kehamilan (dikenal sebagai hamil anggur).
Karena itu USG di awal kehamilan sangat penting. Dengan USG yang sensitif, detak jantung janin terdeteksi sejak kehamilan 6 minggu!
Puncak hCG minggu ke 8-10 kehamilan, setelah itu merosot cepat, karena plasenta mengambil alih produksi kadar hormon progresteron untuk mempertahankan kehamilan melalui hPL (human Placental Lactogen). Begitu hCG menurun, mual biasanya mereda.
Saya bisa merasakan ketidaknyamanan yang Anda alami, apalagi setelah 17 tahun 'absen' dari kehamilan. Saat sahabat menelepon atau menanyakan kabar, saya menjawab sambil meringis, "oh, baik, setiap hari saya naik kapal pesiar..." Ya, begitulah memang rasanya. tak hanya mual, mirip mabuk laut!
Ada resep jitu untuk mengatasi ini. Kunyah jahe sedikit! (bukan permen jahe, karena begitu gula pada permen diserap darah, mual Anda menjadi-jadi).
Baik hamil atau tidak, kita harus tetap memenuhi prinsip pola makan sehat, seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Semua berasal dari sumber yang terbaik (lihat tulisan-tulisan saya terdahulu tentang contoh berbagai menu).
Bukan kebetulan apabila tubuh Anda menolak nasi tapi sangat welcome dengan lalapan termasuk selada (lettuce) seperi yang Anda sebut. Semua sayur lalap dan buah segar adalah karbohidrat terbaik dan Anda tidak menyangkal kodrat alam.
Jon Herring (Editorial Director dari www.totalhealthbreakthroughs.com, konsultan beberapa perusahaan penerbit kesehatan dan penulis Your Best Health Under the Sun bersama Dr Al Sears) menggambarkan manusia abad ini sebagai stoneagers living in space age, artinya secara cetak biru kromosom (DNA pembawa sifat keturunan tubuh manusia sekarang dibandingkan leluhurnya di zaman batu 99,9% masih sama. padahal, saat ini kita hidup di era teknologi antariksa. Artinya, bukankah makanan kita semestinya sama?
Tapi kita mengonsumsi banyak hal yang jauh berbeda dengan nenek moyang. Bahkan menyangkalnya (Kita pasti sering mendengar," Lho, makan sayur? Nasinya bagaimana? Mana bisa kenyang? Karbohidratnya mana?").
Kenyataannya, ketika leluhur kita masih memetik sayur, makan buah (sayur dan buah adalah karbohidrat, karena dicerna menjadi gula!) dan 'nangkap hewan' mereka terbukti tangguh yang berumur panjang, bertubuh tegap dan bertenaga besar.
Namun karena teknologi dan 'pinter'-nya orang, diwarnai nilai perdagangan, terjadi pergeseran besar-besaran atas makanan manusia. Yang dahulu tidak dikenal, bahkan Tuhan tidak pernah membuatnya, kini dijadikan jargon 'makanan normal'.
Sehingga untuk kembali menyentuh makanan alaminya lagi (karena yang bukan pemberian Tuhan akhirnya terbukti menimbulkan masalah). Kita malah seperti 'disuruh mengubah pola makan'. Wah, jadi kacau sekali, bukan?
Cegah Kecacatan
Banyak penelitian menjelaskan keterkaitan kecacatan janin dengan gaya hidup ibu selama kehamilan. 'Bermandi" matahari bahkan melakukan tatapan (sun gazing) tepat saat matahari menyingsing selain meraup provitamin D3, kita juga secara alamiah menikmati 'makanan alam' berupa biophoton seperti yang ditangkap tanaman berklorofil dengan melakukan asimilasi.
Bukan berarti manusia juga berasimilasi layaknya tumbuhan, tapi seluruh sel tubuh kita membutuhkan biophoton itu untuk kelangsungan kesejahteraan hidupnya, bahkan dapat disejajarkan pada kesehatan jasmani-spiritual seseorang. (www.sunlightenment.com)
Jadi, apabila begitu banyak berita yang kita dengar tentang bayi-bayi terlahir cacat, maka saatnya kita hentikan dengan mampu menjawab pertanyaan: Mengapa hal itu terjadi? Bukan hanya kewalahan menyediakan sarana mengatasi masalah yang sudah terlanjur timbul. Mau sampai kapan?
Jika gaya hidup selama masa kehamilan tidak dijadikan agenda penting oleh sektor pelayanan kesehatan untuk menjadi pendidikan bagi perempuan Indonesia, maka akan makin banyak anak-anak yang lahir cacat.
Menghindari cacat bayi bukan hanya tentang memeriksakan kehamilan secara teratur. Pemeriksaan kehamilan di posyandu, puskesmas yang serba terbatas hanya mencatat tekanan darah, berat badan, keluhan fisik bila ada, dan laboratorium sederhana. Mana mungkin mendeteksi cacat janin?
Seandainya terdeteksi adanya kecacatan dalam pemeriksaan kehamilan canggih pun, apakah aborsi menjadi jalan keluarnya? Kita lalu semua berhadapan dengan masalah moral dan etik serta tujuan manusia bereproduksi.
Kecacatan muncul sejak pertama kali pembuahan, pembelahan sel, justru ketika si ibu belum sadar dirinya hamil, karena belum terlambat haid (kehamilan sudah terjadi 14 hari sebelum taksiran tanggal haid berikutnya!)
Marilah kita refleksikan bersama: Apa menjadi penganan ibu hamil selama ini? Sarapan nasi dan mi bukan pilihan menghasilkan janin sehat.
Sudah saatnya para cendekia dan dokter menghadapi masalah kecacatan calon generasi berikut dengan banyak penelitian, misalnya seperti apa sih profil pangan ibu hamil kita? Seberapa banyak sayur dan buah segar menempati porsi besar keitmbang makanan seadanya, tanpa pengetahuan tentang pola makan sehat sebenarnya.
Atau mereka kelompok rentan yang terpengaruh iklan produk teknologi pangan (dengan iming-iming 'untuk wanita hamil'), ketimbang bebas memilih hasil alam sebagai makanan sesungguhnya yang harganya terjangkau!
Bagaimana kebiasaan buruk suami, seperti merokok? Istri-istri second-hand smoker (perokok pasif) mempunyai kecenderungan melahirkan bayi cacat, bayinya itu sendiri merupakan cermin third-hand smoker (perokok pasif tahap ketiga!)
Begitu pula sea food yang selama ini diberi mitos 'makanan super untuk calon anak pinter' kenyataannya banyak hewan laut terpolusi logam berat di laut atau pesisir. Atau ditambah dengan makanan pelet buatan manusia atau proses memasaknya salah (dibakar pula langsung di atas api dengan olesan margarin, semua menjadi pemicu sel kanker nomor satu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar