Betul sekali saran dokter Anda, lebih baik makan porsi kecil, asal sering. Kabar baiknya, Anda tidak membuat insulin yo-yo. Setiap 'kemasukan' karbohidrat sekaligus banyak (apalagi dalam kualitas tinggi nilai glikemik indeksnya/cepat diubah menjadi gula) seperti turunan gula, terigu, beras dan pati maka insulin Anda akan melejit.
Kehamilan adalah masa yang sangat sensitif dengan kenaikan insulin. Insulin yang meningkat mendadak menyebabkan banyak penyulit, termasuk tekanan darah tinggi, eklampsia (biasanya disertai pembengkakan kaki, kenaikan tekanan darah, sakit kepala dan berakibat fatal pada persalinan), bahkan memberi pengaruh ke janin.
Gula darah ibu yang sering dipacu tinggi menghasilkan janin yang tidak sehat, karena kualitas nutrisi dalam darah ibu yang dialirkan melalui plasenta menjadikan janin 'terbiasa' seperti kualitas kesehatan ibunya yang amburadul.
Bayi terlanjur 'obese' alias bertubuh besar (tidak sehat) sejak di kandungan, pembuluh darah, otak, saraf dan organ penting lainnya 'tidak bekerja secara prima'. Apalagi setelah lahir, dibesarkan dengan gaya hidup yang 'non alamiah' pula, termasuk penggunaan susu formula makanan padat bubuk kaleng, seperti iklan katanya 'sumbernya alami'. Apa yang alami bila dibungkus kaleng dan kemasan aluminium foil?
Susu bukan makanan ibu hamil. Susu yang layak dikonsumsi manusia adalah ASI, hingga usia 2 tahun.
Ibu hamil mengonsumsi makanan sehat bergizi, nantinya mampu menghasilan banyak ASI bukan karena minum susu. Zaman penjajahan kita tidak mengenal susu, namun ibu-ibu zaman itu justru ASI-nya deras, bahkan hingga menyusui anaknya ke-8!
Protein komplet diperoleh dari variasi makanan dalam lauk sehari-hari. Minta dokter memberi suplemen vitamin B6 yang dapat membantu mengatasi mual. Dalam 24 jam, pasti ada masa-masa di mana kita tidak mual. Kejarlah kesempatan itu untuk makan.
Saya memahami berbagai sensasi aneh selama kehamilan. Bahkan saya mengalami rasa air tawar yang 'aneh di lidah'. Bisa celaka seandainya tidak paham. Bisa jadi 'pelarian' saya ke minuman aneh yang tak layak konsumsi.
Jangan lupa, berbagai sup dan soto (yang tidak berbumbu harum merangsang) adalah sahabat terbaik selama masa mual. Saya tak pernah menumis bumbu untuk sup. Cukup kaldu ayam kampung diberi kembang tahu, jamur kuping, sedikit tomat dan seledri serta suwiran ayam (atau dibuat bola-bola kecil, dicincang halus, beri lada-garam, dengan sendok teh dibulatkan langsung cemplung!)
Garang asem ayam pilihan terbaik saat nafsu makan sedang 'low bat'. Begitu pula ikan asam padeh gaya Minang, 'lautan merah' tomatnya memberi rasa segar. Sayur bening daun katuk dengan jagung muda menu wajib paling tidak seminggu sekali sebagai teman makan sepiring campuran salad dengan banyak tomat ceri dan irisan alpukat.
Urap kacang panjang mentah dengan toge dan bayam sehat sekali. Makan 5 kali sehari bukanlah dosa dan tidak akan gemuk berlebihan, asal paham apa yang dimakan.
Barang cemilan yang hanya mengandung gula dan rasa gurih seperti donat, kue, biskuit (walaupun dengan iming-iming 'gandum'!), apalagi es krim dan berbagai kue asing. Ini konyol karena penyuluhan ibu-ibu hamil di negara asing dari mana penganan itu berasal justru menitikberatkan pada konsumsi sayur dan buah dari alam.
Hamil bukan berarti makan 'untuk dua orang'. Hanya karena 'lidah yang sedang kepingin' bayi dijadikan alasan. Ujung-ujungnya ibu hamil menjadi gembrot, padahal bayi lahir pun bisa jadi bobotnya kurang!
Ada satu kiat mengatasi mual yang tidak ada hubungannya dengan makanan: Carilah kegiatan menyenangkan! Ambil selop datar, topi jerami, baju terusan longgar berwarna cerah yang nyaman, berdandan dan berjalanlah ke mal! Anggap Anda artis yang sedang hamil dan nampak cantik, berbelanja berbagai sayur dan buah sehat.
Atau seperti saya, melakukan pekerjaan penuh 'greget' dan menjadi 'gayeng', mual pun terlupakan! Selamat merayakan kebahagiaan menjadi ibu, bersama saya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar